Posted by : Heru susanto Kamis, 27 Desember 2012

Sejarah tingkepan: 
 

Sejarah tingkepan berasal dari seorang hindu buddha yang dikenal sebagai tetua adat yang bernama Seh Subakir. Gawal liwat atau jalmo moro, jalmo mati menurut mbah Rono (berjonggo desa mboworejo) yang berarti tidak bisa ditambah atau ditinggali. Menurut mbah Rono Sejarah jawa pada jaman dulu adalah hutan yang tidak bisa di jamah oleh manusia, maka Seh Subakir (tetua adat) memberi satu tumbal berupa takir plontang, agar jawa bisa ditempati oleh manusia. Terbukti jawa           sampai saat ini menjadi tempat tinggal yang subur makmur lohjinawi.

Berawal dari Seh Subakir lah awal dari tingkepan dimulai, jadi sejak peristiwa pemberian tumbal itu, masyarakat jawa setiap kandungan pertama dan berumur 5-6 bulan maka di beri takir plontang agar selamat bayi-bayinya kelak selamat.
Urutan acara tingkepan adalah sebagai berikut
1.      Adus,  atau dalam bahas Indonesia adalah mandi,
Sepasang suami istri ini dimandikan oleh 7 orang yakni bapak ibu, kakek nenek dan dukun laki-laki, dukun perempuan dan saudara, mandi ini mengandung maksud oraono pangeran lian nangging ingsun ora duwe kang murbo kangwicono, yang artinya  kesuksesan dalam kehidupan berkeluarga, air yang digunakan untuk mandi berisi kembang setaman yang bermakna memberikan aura kecerahan, wangi segar dan indah dan airnya juga berisi uang logam yang setelah prosesi mandi selesai akan direbutkan oleh anak-anak kecil, ini bermakna memberikan keramaian.

2.      Pecah kendil (gayung)
Setelah selesai mandi maka gayung yang terbuat dari kelapa akan di pecahkan, ini bermakna agar dalam kehidupan (gayung di ibaratkan istri) jadi dipecahkan sebagai simbol bahwa istrinya adalah pasangan sejati yang tidak bisa di gunakan atau di gantikan orang lain.

3.      Ramalan (pecah krambil)
Setelah memecahkan gayung maka berlanjut suami memecah kelapa gading. Ini bermakna sebagai ramalan apakah anaknya kelak laki-laki atau permpuan, yang dapat di simbolkan dari bagaimana sang suami memecahkan kelapa gadiang itu, jika pas tengah maka mereka berkeyakinan anaknya kelak laki-laki, bila serong mereng  maka mereka berkeyakinan anaknya kelak adalah perempuan.

4.      Wadang kokoan
Madang kokon adalah perosesi suami istri makan satu piring yang sudah disediakan oleh ibu dari istri, yang kemudian di makan di depan pintu, lalu sang ibu menampar piringnya, ini bermakna bahwa dalam kehidupan suami isti harus berbagi namum harus sopan, adil. Makan di depan pintu dan kemudian pirinya di tampar ibu bermakna pengajaran kesopanan kepada keduanya (suami isti) oleh ibu sebagai sosok orang tua bahwa makan di depan pintu tidak sopan atau bias menghambat rejeki masuk.



5.      Selametan (berdoa)
Dalam Selametan ini harus ada beberapa hidangan sesaji yang wajib ada yakni
a.       Sego brok yang bermakna tempat tingal.
b.      Buceng kuwat yang bermakna agar dalam melahirkan atau kehidupan kelak akan menjadi kuwat dalam menghadapi halangan dalam kehidupan.
c.       Jenang 4 macam abang pitih merah putih simbol untuk kedua orang tua ireng kuning hitam kuning sebagai simbol kakek dan nenek.
d.      Buceng Sengkolo yang bermakna 9 keburukan yang dibawa oleh bayi, yang bertujuan agar tidak menganggu proses kelahiran maupun kehidupannya kelak. 9 sengkolo itu adalah
1)      Kolo lopak yang di simbolkan ketek monyet yang bermakna bungkus
2)      Calang bamalo yang bermakna yang bermakna kawah
3)      As woco yang di simbolkan Cileng babi yang bermakna ari-ari
4)      Kolo sanggi yang di simbolkan banteng yang bermakna getih
5)      Kolo morti yang di simbolkan kebo yang bermakna kelem
6)      Kolo randing yang di simbolkan menjangan yang bermakna illu
7)      Kolo wulakas yang di simbolkan kidang yang bermakna kunir landes ketok ari-ari
8)      Tikus jinodlo yang bermakna ceploke ari-ari
9)      Tali wangkah yang bermakna usus ari-ari
e.       Jenag pecat yang bermakna agar gangsar  lancer
f.       Buceng 7 yang bermakna 7 bulan
g.      Pangang mas yang bermakna penghormatan untuk ibu
h.      4 ketan yakni abang pitih merah putih simbol untuk kebua orang tua ireng kuning hitam kuning sebagai symbol kakek dan nenek.
i.        Rujak yang bermakna asam manisnya kehidupan
j.        Jenang sewu, dawet yang bermakna memberikan kesegaran
k.      Sego punar yang bermakna batur atau teman
l.        Banyu putih yang bermakna kesucian
m.    Jenang procot yang bermakna lancarnya kelahiran
Dalam perosesi selametan ini sesaji ini harus di bawa satu sesaji oleh satu kerabat atau saudara ini bermakna gotong royong, saudara yang sudah membawa sesaji tidak boleh kembali membantu membawakan lagi, ini bermakna agar dapat menekan nafsu agar adil semua kebagian, setelah dukun laki-laki membacakan do’a (mantra jawa) maka jenang procot harus segera di buang keluar secara cepat, ini yang bermakna agar dalam proses kelahirannya nanti cepet keluar atau mudah dalam kelahirannya. Setelah serangkaian acara tingkepan selesai dan makna dibagikan maka seluruh tamu tidak boleh berpamitan kepada keluarga ini bertujuan atau bermakan keikhlasan dalam berbagi.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Welcome to My Blog

Popular Post

Blogger templates

Mengenai Saya

Foto saya
membantu adalah keingginan ku, apalagi bisa merubah murung mu menjadi bahagiamu, ketidak tauanmu menjadi keahlianmu
Heru susanto. Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

kreasi seni

- Copyright © TEGAL ILMU -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -